Sambungan lanjutan dari pebincangan Pembagian kalimat (1)
Sebelum al-faqir menjelaskan mengenai huruf yang memberi makna. Adalah sebaiknya al-faqir menjelaskan serba sedikit mengenai apa itu huruf.
Sebagaimana kita maklumi, huruf itu adalah kalimat yang tidak menerangkan makna pada dirinya, tetapi ia menerangkan makna kalimat lainnya. Dan juga huruf ini tidak berkait dengan zaman (waktu). sebagaimana takrifan huruf menurut kitab al-Kawakib adalah :
والحرف كلمة لم تدل على معنى في نفسها بل في غيرها ولم تقترن بزمن.
“kalimah (kata) yang tidak menunjukkan atas suatu makna pada dirinya, tetapi menunjukkan makna kalimat yang selainnya. Dan juga tidak berkait dengan zaman” (waktuta).
Manakala ta’rifan huruf menurut kitab Tuhfatus Saniyyah, karangan Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, huruf secara bahasa adalah(الطَرَفُ) (tepi/penghujung). Sedangkan apa yang dijelaskannya menurut istilah daripada ulama’ nahwu, huruf adalah :
كَلِمَةُ دَلَّتْ عَلَى مَعْنَى فِيْ غَيْرِهَا
“Kalimat (kata) yang menunjukkan suatu makna jika bersebut bersama kata yang lainnya.”
* Maka kesimpulan yang boleh dibuat adalah huruf merupakan kalimat (kata) yang menunjukkan suatu makna ketika digabungkan dengan kalimat lain.
Sebagai contoh: huruf jarr, nashab atau jazm. Huruf terbahagi kepada tiga bagian, yaitu :
1) Huruf yang khusus pada kalimah Isim, seperti huruf jarr,
2) Huruf yang khusus pada kalimah Fi’il seperti huruf nashab dan jazm,
3) Dan huruf yang yang bersekutu antara kalimah Isim dan kalimah Fi’il seperti huruf ‘athaf dan huruf istifham.
Sebahagian contoh daripada huruf jarr, nashab atau jazm diatas yaitu ), (لن) ، (لم)من). Ketiga contoh ini adalah sebahagian dari kalimat huruf yang dapat membezakannya dengan kalimat yang lainnya kerana ia tidak menerima tanda-tanda isim antaranya yaitu alif lam (ال) , atau tanwim atau tanda-tanda isim yang lain. Dan begitu juga kerana huruf tidak menerima tanda-tanda fi’il antaranya (قَدْ) ,atau saufa (سَوفَ),atau sin (السين), atau ‘alamat fi’il yang lainnya. Maka jelaslah apa yang sudah dinyatakan Imam Ibnu Ajurum pengarang kitab Al-Muqaddimah, yang selanjutnya dikenal dengan matan Al-Ajurumiyyah yaitu:
والحرف ما لا يَصْلُحُ معه دليل الإسم ولا دليل الفعل.
Huruf adalah kata yang tidak layak ditandai/dicirikan dengan tanda-tanda isim dan tidak pula dengan tanda-tanda fi’il”
Maka dinazham-kan juga seorang imam yang terkandung didalam nazham-nya (syair) yaitu al-‘Imrity yaitu :
وَالْحَرْفُ لَمْ يَصْلُحْ لَهُ عَلاَمَهْ * إِلاَّ انْتِفَا قَبُوْلِهِ الْعَلاَمَهْ
“Huruf itu selamanya tidak layak diberi tanda, yaitu tidak menerima alamat (tanda)”.
* Apa yang sudah al-Faqir dijelaskan mengenai huruf dari ta’rifnya dan pembahagianya serta bagaimana mengenal huruf. Maka al-faqir melanjutkan kepada maksud contoh yang jelas yang mahu al-faqir nyatakan disini mengenai وحرف جاء لمعنى (Huruf yang mengandungi/datang bagi makna) seperti huruf : (مِنْ) lafazh ini adalah kalimat yang menunjukkan suatu makna tertentu, yaitu permulaan (dari). Makna huruf ini tidaklah sempurna, melainkan jika digabungkan/digandingkan dengan kalimat lainnya. Sebagai contoh : ذَهَبْتُ مِنَ الْبَيْتِ (saya pergi dari rumah).
Wallahu ‘alam
assalamualikum, tad bisa enggak cantumkan biografi syekh syarifuddin yahya al imrity, pengarang kitab imrity itu lo?
BalasHapusinsyaAllah ya ust .. :)
BalasHapus